Video Discription |
@sakinahcorner1645 #pertengkaran #suamiistri #cekcokrumahtangga #penyebabpertengkaran
#solusipertengkaranmenurutislam #pertengkarandalamrumahtangga #keluargabahagia
#sakinah #konflikkeluarga #cekcoksuamiistri #samara #kiathiduprukun #pasanganserasi
#konflikrumahtangga #perceraian artis #hakdankewajibansuamiistri
Cekcok atau pertengkaran lumrah dalam rumah tangga. Secara memang sedari awal pasangan suami istri berangkat dari banyak beda. Maka kalau kemudian muncul cekcok saat menyikapi satu dan lain hal ya wajar. Lalu apa bedanya satu keluarga daengan keluarga yang lain? Yang membedakan paling hanya persoalan frekuensi. Ada keluarga yang cekcok atau tengkarnya hanya sesekali, ada juga yang cekcok menjadi semacam hobi,
Lalu apa faktor-faktor penyebab cekcok atau pertengkaran antara suami istri? Nah berikut ini saya sampaikan beberapa hal di antaranya:
Pertama, karena rendahnya pengendalian emosi. Bagi suami istri yang pengendalian emosinya rendah, apapun bisa jadi sumber pertengkaran. Bahkan hal-hal yang sepele sekalipun. Persoalan anak menangis saja bisa jadi penyulut cekcok. Maklumlah mereka yang pengendalian emosinya rendah mudah sekali baper. Begitu merasa tidak nyaman, jengkel, tersinggung, mereka mudah sekali tersulut amarah dan biasanya yang jadi pelampiasan kemarahan itu adalah orang-orang terdekat. Dalam hal ini pasangan, kadang juga anak-anak. Yang lebih parah lagi bila yang pengendalian emosinya rendah tidak hanya suami atau istri saja, namun keduanya, . maka cekcok bisa jadi rutinitas, hidangan setiap hari.
Kedua, adanya perbedaan prinsip hidup. Sering terjadi pasangan suami istri menjalani hidup dengan prinsipnya masing-masing. Suami mau begini, istri penginnya begitu. Bila perbedaan prinsip hidup ini cukup tajam dan masing-masing tidak berupaya secara serius untuk mencari titik keseimbangan, masing-masing tetap kekeuh, maka pintu cekcok sebenarnya sudah terbuka lebar. Ambil contoh perbedaan dalam masalah pengasuhan anak. Sering terjadi suami istri berbeda prinsip bagaimana memperlakukan anak-anak mereka. Yang satu ingin agar anak dididik mandiri sedari kecil, diajari disiplin ini itu, sehingga terkesan agak keras kepada anak. Sementara pasangannya dengan alasan kasih sayang, cenderung memperlakukan anak secara longgar, sehingga terkesan memanjakan. Contoh beda prinsip yang lain misalnya dalam masalah pengelolaan keuangan, yang satu ingin hemat yang satunya gak bisa hemat. Atau dalam masalah ketaatan ibadah. Yang satu serius dalam menjalani ajaran agama, pasangannya masih semaunya. Contoh lain masih banyak lagi.
Ketiga, cemburu. Cemburu pada pasangan sering memicu pertengkaran. Maklumlah cemburu ini urusannya dengan hati. Karena dibakar cemburu, seseorang bisa kehilangan rasa percaya pada pasangan. Tentu kondisi seperti itu membuat tidak nyaman, baik bagi yang dibakar cemburu, maupun pasangan. Yang cemburu mudah tersulut amarah karena merasa diduakan atau dikhianati, yang dicemburui pun gampang marah karena merasa tidak dipercaya. Maka yang terjadi kemudian cekcok ataupun pertengkaran pun mudah tersulut
Keempat, campur tangan pihak ketiga khususnya keluarga yang dominan. Adanya keterlibatan keluarga, seperti mertua atau orang tua cenderung memperkeruh keadaan. Apalagi bila keterlibatan itu disertai pemihakan pada salah satu pihak. Bila sebuah keluarga sedikit sedikit harus mengikuti apa kata mertua, apa kata orang tua, maka akan tiba waktunya saat mertua atau orang tua itu berbeda kepentingan, front pertempuran sudah mulai dibuka. Dan karena pertempurannya sudah menyeret pihak lain, cara menyelesaikanna pun menjadi tidak sederhana lagi
Kelima, Kondisi keuangan. Banyak yang menyebut kondisi keuangan yang kurang memadai menjadi salah satu faktor pemicu pertengkaran. Argumentasinya sederhana, sebuah keluarga butuh banyak uang untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan keluarga. Saat keluarga cukup secara finansial, biaya-biaya itu lebih mudah dicukupi. Sebaliknya bila kondisi finasial pas-pasan atau bahkan minus, ada banyak biaya yang tidak bisa terselesaikan. Lalu biasanya mereka akan saling menyalahkan. Ujung-ujungnya bertengkar.
Namun anggapan ini layak juga dikritisi, faktanya banyak juga mereka yang berlebih secara finansial pun sering cekcok. Mereka cekcok justru karena bisa melampiaskan segala keinginannya. Bisa belanja apa saja, membeli yang mereka suka.
Keenam, kondisi ranjang yang tidak ideal. Konon ada ungkapan yang dipercaya kebenaranya oleh banyak orang bahwa masalah bisa berawal dan berakhir di ranjang. Bila kondisi ranjang tidak ideal, ada salah satu yang tidak puas, kecewa dengan layanan seksual dari pasangan, itulah awal mala petaka, karena boleh jadi kekecewaan itu akan berimbas pada persoalan-persoalan yang lain. Sebaliknya bila bila kondisi ranjangnya hangat, masing-masing merasa nyaman dan puas, rasa nyaman dan puas itu juga berimbas pada nyamannya rumah tangga
Mari kenali penyebab cekcok atau pertengkaran itu. Setelah itu tentu kita berupaya untuk menghindarinya. [U7txwJEHb1M] |