Video Discription |
ULUWATU TEMPLE - PURA ULUWATU
Pura Uluwatu secara lokal dikenal sebagai Pura Luhur Uluwatu (dengan Luhur berarti "sesuatu yang berasal dari ilahi").
Pura (pura dalam bahasa Bali) dibangun di tepi (ulu) tebing atau batu (watu) setinggi 70 meter (230 kaki) yang menonjol ke laut. [sumber tidak dapat dipercaya] Dalam cerita rakyat, batu ini dikatakan sebagai bagian dari batu bara Dewi Danu yang membatu.
Meskipun sebuah candi kecil diklaim telah ada sebelumnya, strukturnya diperluas secara signifikan oleh seorang bijak Jawa, Empu Kuturan pada abad ke-11. Orang bijak lain dari Jawa Timur, Dang Hyang Nirartha dipuji karena membangun kuil padmasana dan dikatakan bahwa ia mencapai moksha di sini, sebuah peristiwa yang disebut ngeluhur ("naik") secara lokal. Hal ini mengakibatkan candi berjuluk Luhur.
Kuil ini dihuni oleh monyet (Macaca fascicularis), yang terkenal suka merampas barang-barang pengunjung, seperti sandal jepit, kamera, dan kacamata hitam. Mereka biasanya dapat dibujuk untuk menebus barang-barang untuk buah, kacang-kacangan, atau permen, meskipun ini hanya mendorong mereka untuk mencuri lebih banyak.
Para ilmuwan dan pakar perilaku primata telah melakukan penelitian pada monyet kera di daerah tersebut dan telah mengumpulkan data yang menunjukkan bahwa mereka mempelajari perilaku barter. Perdagangan ini diturunkan ke keturunan muda. Kelompok kera baru yang diperkenalkan ke daerah tersebut dengan cepat beradaptasi dan mempelajari keterampilan baru dari penduduk setempat.
-----------------------------------------------------------------ENGLISH-----------------------------------------------------------------------
Uluwatu Temple locally known as Pura Luhur Uluwatu (with Luhur meaning “something of divine origin”).
The temple (pura in Balinese) is built at the edge (ulu) of a 70-meter-high (230 ft) cliff or rock (watu) projecting into the sea. [unreliable source] In folklore, this rock is said to be part of Dewi Danu's petrified barque.
Though a small temple was claimed to have existed earlier, the structure was significantly expanded by a Javanese sage, Empu Kuturan in the 11th Century. Another sage from East Java, Dang Hyang Nirartha is credited for constructing the padmasana shrines and it is said that he attained moksha here, an event called ngeluhur ("to go up") locally. This has resulted in the temple's epithet Luhur.
The temple is inhabited by monkeys (Macaca fascicularis), who are notorious for snatching visitors' belongings, such as flip-flops, cameras, and sunglasses. They can usually be persuaded into ransoming the items for fruit, nuts, or candies, although this only encourages them to steal more.
Scientist and experts on primate behavior have conducted studies on the Macaque monkeys in the area and have collected data suggesting that they learn bartering behavior. This trade is passed down to the young offspring. New groups of Macaque monkeys introduced into the area quickly adapt and learn the new skill from the locals.
.
.
.
#ULUWATU #ULUWATUTEMPLE #KECAKULUWATU
V&D Media - An Interesting Media
ULUWATU TEMPLE,ULUWATU,ULUWATU BALI,BALI ULUWATU TEMPLE,ULUWATU TEMPLE BALI,uluwatu temple bali monkeys,uluwatu temple bali kecak dance,pura uluwatu bali,pura uluwatu tiket masuk,PURA ULUWATU,pura luhur uluwatu,pura luhur uluwatu bali,pura luhur uluwatu pura di atas laut,BALI ULUWATU,ULUWATU BEACH,kecak uluwatu,kecak uluwatu bali,kecak dance uluwatu,kecak dance uluwatu temple,uluwatu kecak dance,BALI,uluwatu temple bali,tempat wisata di uluwatu [R4xFqO6Ev0I] |